Jika kamu adalah seorang dosen yang sedang berencana menerbitkan buku, baik itu buku ajar, buku referensi, atau buku ilmiah populer, pastinya kamu tahu, kan bahwa prosesnya tidak semudah yang kita bayangkan? Mungkin banyak di antara kita yang berpikir setelah naskah selesai, tinggal cetak dan terbit begitu saja. Padahal, kenyataannya, proses ini jauh lebih panjang dan penuh tantangan.
Menulis buku akademik bukan hanya tentang merangkai kalimat, tapi juga tentang menyusun konten yang berbobot, relevan, dan mudah dipahami mahasiswa. Di sisi lain, kita sebagai dosen juga harus menghadapi banyak hal teknis yang selama ini mungkin belum pernah tersentuh, seperti layout halaman, pengurusan ISBN, hingga urusan promosi dan distribusi.
Belum lagi, di tengah kesibukan rutinitas akademik yang padat, menemukan waktu khusus untuk menyelesaikan naskah sering kali jadi tantangan tersendiri. Tidak jarang, banyak naskah yang akhirnya terbengkalai di laptop karena kita kehabisan waktu dan energi.
Nah, supaya kamu tidak mengalami hal serupa, di artikel ini kita akan bahas berbagai tantangan yang biasa dihadapi dosen saat ingin menerbitkan buku beserta solusi yang bisa kamu lakukan. Yuk, simak pembahasan lengkapnya berikut ini:
Tantangan dosen dalam menerbitkan buku yang pertama yaitu waktu menulis yang terbatas. Kebanyakan dosen biasanya disibukkan dengan aktivitas akademik yang padat.
Mulai dari mengajar, membimbing mahasiswa skripsi atau tesis, mengerjakan penelitian, hingga mengikuti berbagai rapat dan tugas administratif yang sering kali menyita sebagian besar waktu. Akibatnya, aktivitas menulis buku sering kali terbengkalai. Akibatnya, banyak dosen akhirnya hanya bisa menulis saat libur panjang atau di sela-sela waktu luang yang sangat terbatas.
Untuk menangani tantangan ini, maka kamu bisa membuat jadwal menulis yang realistis dan konsisten, walaupun hanya satu jam sehari. Prioritaskan waktu di pagi atau malam hari saat jadwal kampus tidak terlalu padat. Bisa juga manfaatkan waktu akhir pekan untuk menyicil target menulis.
Banyak dosen mengalami kebingungan dalam menentukan topik buku yang relevan. Ada yang ragu apakah topik yang mereka pilih masih diminati mahasiswa, atau sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan atau tidak. Kadang, karena terlalu banyak ide di kepala, justru membuat dosen sulit fokus menentukan satu tema buku yang benar-benar ingin ditulis.
Jika kamu mengalami kendala menerbitkan buku yang satu ini, maka kamu bisa melakukan survei sederhana ke mahasiswa atau kolega tentang topik yang mereka butuhkan. Cek juga tren topik di perpustakaan kampus atau penerbit buku akademik untuk melihat jenis buku apa yang banyak dicari.
Setelah berhasil menyelesaikan naskah, tantangan berikutnya adalah memilih penerbit. Sebagian dosen merasa bimbang apakah sebaiknya mengirimkan naskah ke penerbit besar, bekerja sama dengan penerbit indie, atau menerbitkan secara mandiri. Pilihan ini bisa memengaruhi proses produksi, distribusi, hingga biaya penerbitan.
Solusi untuk tantangan ini sebenarnya cukup sederhana. Yaitu, sesuaikan pilihan penerbit dengan tujuan bukumu. Kalau ingin buku terbit cepat dengan kendali di tangan kamu, penerbit indie bisa jadi pilihan.
Namun, kalau ingin buku dijual lebih luas di toko buku nasional, coba ajukan ke penerbit besar. Pastikan pilih penerbit yang legal dan terdaftar agar bisa mengurus ISBN.
Banyak dosen yang belum paham kalau pengurusan ISBN (International Standard Book Number) tidak bisa dilakukan secara pribadi. ISBN harus diajukan oleh penerbit resmi berbadan hukum yang terdaftar di Perpustakaan Nasional. Hal ini sering kali baru disadari setelah buku hampir jadi atau bahkan sudah siap cetak.
Untuk itu, kamu perlu menjalin kerja sama dengan penerbit indie resmi yang bisa mengurus ISBN atas nama mereka. Pilih penerbit yang jelas legalitasnya, punya pengalaman, dan terbuka soal biaya pengurusan ISBN.
Sebagian besar dosen memang lebih fokus menyusun isi buku, sementara aspek layout, desain cover, hingga format halaman jarang mereka perhatikan. Padahal, tampilan buku yang menarik dan rapi sangat penting untuk kenyamanan pembaca, khususnya mahasiswa yang akan menggunakan buku tersebut sebagai referensi.
Solusinya yaitu gunakan jasa layout profesional atau penerbit yang menyediakan layanan desain buku. Kalau mau belajar mandiri, kamu bisa mulai dari software seperti Microsoft Word, Canva, atau Adobe InDesign, lalu pelajari standar layout buku akademik. Dengan resiko prosesnya akan cukup lama, terlebih bila kemampuan mendesainmu sangat minim.
Menerbitkan buku, terutama secara indie atau self publishing, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari biaya editing, layout, desain cover, cetak, pengurusan ISBN, hingga promosi. Banyak dosen akhirnya menunda menerbitkan buku karena merasa dana pribadi terbatas.
Kamu perlu membuat rincian anggaran sejak awal dan cari opsi paket penerbitan yang sesuai budget. Beberapa kampus bahkan menyediakan dana hibah untuk dosen yang ingin menerbitkan buku. Coba manfaatkan peluang tersebut, ya.
Banyak dosen merasa khawatir buku yang sudah diterbitkan tidak akan diminati, baik oleh mahasiswa di kampus sendiri maupun di luar kampus. Kekhawatiran ini sering menjadi penghambat, apalagi jika percetakan membebankan jumlah minimal cetak yang banyak.
Solusi yang bisa kamu gunakan jika menemukan kendala menerbitkan buku ini yaitu promosikan buku ke lingkungan akademik lebih dulu, seperti kolega dosen, mahasiswa, dan komunitas ilmiah di bidangmu. Manfaatkan media sosial, grup WhatsApp dosen, hingga marketplace online. Pastikan buku kamu punya keunikan atau keunggulan yang sesuai kebutuhan pembaca.
Banyak dosen yang lupa atau belum paham pentingnya mengurus Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk buku yang sudah mereka terbitkan. Padahal, HAKI penting untuk melindungi karya kamu dari potensi penjiplakan atau penyalahgunaan.
Bila kamu sebagai dosen menjumpai tantangan menerbitkan buku yang seperti ini, maka solusi yang bisa kamu upayakan yaitu setelah buku terbit dan memiliki ISBN, segera ajukan pendaftaran HAKI ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham.
Prosesnya kini bisa kamu lakukan secara online melalui situs resmi DJKI atau bisa melalui jasa pengurusan Haki buku. Dengan HAKI, kamu punya perlindungan hukum atas hak cipta buku yang kamu tulis.
Gimana, nih setelah melihat berbagai tantangan dosen dalam menerbitkan buku serta solusinya, ada atau tidak beberapa kendala yang sedang atau pernah kamu jumpai?
Mungkin menghadapi tantangan tersebut terasa melelahkan, tapi ketahuilah ada banyak manfaat yang bisa kamu peroleh jika berhasil menerbitkan buku. Manfaat-manfaat tersebut antara lain ialah sebagai berikut ini:
Buku ajar, buku referensi, dan buku hasil penelitian yang diterbitkan ber-ISBN dapat menjadi salah satu syarat kenaikan jabatan fungsional dosen. Setiap jenis buku memiliki bobot nilai yang cukup besar dalam sistem penilaian angka kredit.
Menerbitkan buku dapat meningkatkan citra profesional kamu sebagai dosen dan akademisi. Buku yang dipublikasikan, apalagi kalau banyak digunakan di kampus lain, akan memperluas jaringan akademik dan membuat nama kamu lebih dikenal di lingkungan ilmiah.
Buku adalah media yang efektif untuk menyebarkan gagasan, pengalaman, dan hasil penelitian kamu ke khalayak luas. Selain untuk mahasiswa, buku yang kamu tulis juga bisa menjadi sumber referensi dan inspirasi oleh dosen lain, praktisi, hingga masyarakat umum, lho.
Selain manfaat akademik, menerbitkan buku juga bisa memberikan peluang tambahan secara finansial. Apalagi jika bukumu diterbitkan dalam jumlah banyak atau dipasarkan lewat platform online dan marketplace buku.
Lewat buku yang berhasil terbit kamu turut berkontribusi dalam memperkaya referensi di bidang keilmuan yang kamu geluti. Buku-buku tersebut akan jadi rujukan bagi mahasiswa dan dosen lain untuk waktu yang lama.
Jadi, sekarang, sudah siapkah kamu mengahadapi berbagai tantangan dosen dalam menerbitkan buku? Yuk, tetap semangat dan hadapi segala tantangan tersebut!