Dalam dunia penelitian ilmiah, publikasi artikel menjadi salah satu cara untuk menyebarkan pengetahuan dan membangun reputasi akademik. Double submission adalah praktik mengirimkan artikel yang sama ke beberapa jurnal sekaligus, baik itu konferensi atau seminar.
Double submission jurnal bukanlah solusi yang baik dan termasuk kepada bentuk ketidakjujuran seorang penulis. Meskipun demikian, praktik double submission atau pengiriman artikel yang sama ke lebih dari satu jurnal secara bersamaan masih sering terjadi.
Artikel ini akan membahas mengapa double submission tidak dianjurkan dalam publikasi ilmiah karena dianggap termasuk ke dalam ketidakjujuran seorang penulis. Berikut 5 alasan double submission tidak dianjurkan, yakni:
Mengirimkan naskah yang sama ke beberapa jurnal sekaligus merupakan pelanggaran etika penerbitan ilmiah, di mana melanggar prinsip-prinsip kejujuran dalam penelitian.
Misalnya, jika seorang peneliti mengirimkan artikel yang sama ke dua jurnal secara bersamaan tanpa mengungkapkan hal tersebut kepada kedua jurnal tersebut, hal ini dapat merusak integritas dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap penelitian tersebut.
Mengirim naskah yang sama ke beberapa jurnal sekaligus menghambat efisiensi peer review, karena kedua jurnal harus mengevaluasi dan memberikan feedback yang sama. Praktik ini juga menunda penelaahan dan penerbitan artikel lain yang mungkin lebih bernilai.
Untuk menjaga integritas dan kelancaran proses publikasi ilmiah, penulis harus memastikan bahwa naskah mereka hanya dikirimkan ke satu jurnal pada satu waktu. Dengan demikian, mereka turut berperan dalam menjaga kelangsungan dan kualitas sistem peer review yang krusial bagi publikasi ilmiah yang bermutu.
Peneliti mempublikasikan artikel yang sama di beberapa jurnal tanpa mengungkapkan publikasi sebelumnya atau pertimbangan jurnal lain, menyebabkan terjadinya penggandaan publikasi atau redundant publication.
Seorang peneliti mempublikasikan artikel tentang pengaruh diet terhadap kesehatan jantung di Jurnal A, lalu mengirim versi yang sama ke Jurnal B tanpa pemberitahuan. Praktik ini melanggar etika publikasi ilmiah, menghasilkan duplikasi, dan dapat merusak reputasi peneliti serta integritas penelitian.
Peneliti harus mematuhi pedoman penerbitan ilmiah yang menuntut agar artikel yang diajukan belum dipublikasikan atau sedang dalam peninjauan di jurnal lain. Hal ini memastikan jurnal memiliki kesempatan yang adil untuk mengevaluasi kualitas dan signifikansi karya ilmiah tanpa persaingan tidak seimbang.
Seorang peneliti mengembangkan teknik baru untuk mendeteksi polusi udara menggunakan sensor canggih, yang diterima untuk dipublikasikan di Jurnal A. Tanpa memberitahukan bahwa artikel tersebut sudah diterbitkan, peneliti mengirimkan versi yang sama ke Jurnal B, melanggar pedoman etika penerbitan ilmiah dan berpotensi merugikan reputasi peneliti serta institusi terkait.
Sebagian besar jurnal dan konferensi memiliki aturan yang jelas yang melarang atau mengecam praktik double submission. Aturan ini mengharapkan penulis untuk mengirimkan artikel mereka hanya ke satu jurnal atau konferensi pada satu waktu.
Seorang peneliti mengirimkan artikel tentang penemuan teknologi baru ke Jurnal A, yang sedang dalam proses review. Tanpa menunggu keputusan dari Jurnal A, peneliti mengirim versi yang sama ke Jurnal B, melanggar aturan double submission yang dapat mengakibatkan penarikan artikel atau sanksi terhadap penulis.
Sebagai peneliti, penting untuk menghindari double submission karena melanggar etika publikasi dan untuk memastikan bahwa setiap artikel hanya dikirimkan ke satu jurnal pada satu waktu. Hal ini mencegah penarikan artikel, pengenaan sanksi, dan melindungi reputasi penulis serta institusi terkait.