Dalam sistematika penulisan footnote, ada beberapa hal yang harus kita ketahui dan pahami terlebih dahulu. Hal tersebut dibutuhkan agar kita dapat membuat penulisan karya tulis ilmiah yang terstruktur dengan baik dan benar. Sebab, footnote menjadi bagian yang sangat krusial dan penting dalam kepenulisan karya tulis ilmiah.
Footnote biasanya disebut juga dengan catatan kaki. Sesuai dengan sebutannya, footnote berisi catatan yang berada di bagian bawah (kaki) halaman karya ilmiah yang umumnya berfungsi sebagai lokasi penyantuman identitas sumber rujukan dari informasi yang digunakan (Suryono, dkk. 2015:52).
Pada dasarnya fungsi footnote (catatan kaki) yaitu sebagai pemberitahuan kepada pembaca bahwa kita memperoleh informasi dari penulis lain. Namun, secara lebih spesifik fungsi footnote berperan sebagai tempat untuk memperluas pembahasan, referensi silang, dan catatan penjelasan (Widyamartaya, 1993).
Karena hal itulah mengapa footnote menjadi bagian yang sangat krusial dan penting. Sehingga dalam kepenulisannya kita harus memperhatikan detail tulisan agar tidak terjadi kesalahpahaman penyampaian referensi karya ilmiah. Nah, adapun sistematika dalam penulisan footnote yakni sebagai berikut:
Sebagaimana namanya, maka cara penulisan catatan kaki adalah dengan meletakkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dari naskah utama dengan menggunakan tanda garis. Selain dipisahkan dengan garis, ukuran tulisan catatan kaki lebih kecil dibanding dengan ukuran tulisan naskah utama.
Hal ini bertujuan untuk membedakan antara naskah utama dengan catatan kaki. Uraian di catatan kaki tidak harus berupa informasi sumber rujukan, tetapi bisa juga dalam bentuk kutipan dari sumber lain atau penjelasan dari penulis.
Oleh karena itu, teks/naskah/tulisan yang ditempatkan pada catatan kaki dapat berupa sumber referensi, catatan penjelasan, dan gabungan dari keduanya. Adapun awal dari penulisan catatan kaki dapat dilakukan sebagai berikut:
Adapun referensi selain buku seperti artikel, majalah, koran, atau jurnal, penulisan judul sumber dilakukan dengan menggunakan tanda petik dua (“…”), tidak dicetak miring atau digaris bawah, kota terbit, nama penerbit, tahun terbit, nomor halaman, semua unsur dihubungkan dengan tanda koma (,), kecuali setelah kota terbit, dihubungkan dengan tanda titik dua (:).
Footnote atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka kecil (1, 2, 3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
Dalam footnote, urutan penulisannya ada beberapa macam cara. Namun, di sini kita hanya membahas cara yang sering digunakan di mayoritas perguruan tinggi, yakni sebagai berikut:
Nama pengarang koma (,), nama buku koma (,), nomor jilid buku (jika ada) koma (,), nama kota tempat terbit buku titik dua (:), nama penerbit koma (,), tahun penerbitan koma (,), halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik (.).
Pembagian footnote berdasarkan jumlah dan nama pengarang biasanya dibagi menjadi 3, pembagian ini diperuntukkan untuk mengklasifikasi cara penulisan footnote. Adapun pembagiannya yakni sebagai berikut:
Singkatan yang dipergunakan dalam catatan kaki untuk membedakan sumber sitiran/sitasi yang berbeda adalah ibid (ibidem), op.cit (opere citato), loc.cit (loco citato). Adapun cara penulisannya yakni sebagai berikut:
Ibid adalah singkatan dari kata ibidem (bahasa Latin) yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Digunakan jika pengutip mengambil kutipan dari sumber yang sama yang telah ada di bagian terdahulu tanpa diselingi sumber lain.
Kata ibid., biasanya dituliskan dengan huruf miring atau digaris bawahi, tetapi yang lazim adalah dengan huruf miring. Apabila yang dikutip halamannya masih sama seperti kutipan sebelumnya, cukup kata ibid. Jika yang dikutip sudah berbeda halaman, maka kata ibid diikuti halaman. Contoh: Ibid. atau Ibid. 56.
Op.cit adalah singkatan dari Opere Citato (bahasa Latin) yang artinya ‘pada karya yang telah dikutip’. Op.cit digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain dan halaman yang dikutip ‘berbeda’.
Apabila satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya. Urutan penulisannya yakni sebagai beriku: nama pengarang, op.cit., nomor halaman. Contoh: Sugeng Pujileksono. Op.cit. 65. Sugeng Pujileksono. Pengantar Antropologi. Op.cit. 14.
Loc.cit adalah singkatan dari Loco Citato (bahasa Latin) yang artinya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Loc.cit digunakan apabila menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain dan halaman yang dikutip ‘sama’.
Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya. Cara penulisannya yakni sebagai berikut: nama pengarang, loc.cit., nomor halaman. Contoh: Catur Suratno Aji dan Dyva Clareta. Paradigma, Konsep Dasar dan Model Komunikasi. Malang: UM Press. 2015: hal. 68.
Footnote (catatan kaki) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah karya tulis ilmiah. Sebab kehadiran footnote tidak hanya menjadi pelengkap dalam tulisan tapi sangat berperan penting dalam kredibilitas karya tulis ilmiah.