Publikasi ilmiah adalah sebuah usaha untuk menyebarluaskan gagasan dalam sebuah karya ilmiah. Seiring dengan perkembangannya, publikasi bukan lagi sebuah opsi namun sebuah keharusan bagi seorang peneliti dan dosen. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi peneliti dan dosen.
Sudah menjadi rahasia umum jika publikasi artikel ilmiah bukan hal yang mudah. Banyak peneliti dan dosen senior yang masih kesulitan dengan hal tersebut. Apalagi, bagi seorang peneliti dan dosen muda yang baru berkarir.
Pada setiap tantangan, selalu ada solusi. Simak artikel ini untuk mengulik lebih jauh mengenai tantangan serta solusi untuk publikasi ilmiah terutama bagi peneliti dan dosen muda.
Hal ini menjadi yang pertama dan utama. Mengapa? Karena sebagian besar tantangan publikasi adalah saat menentukan jurnal untuk publikasi.
Kamu harus memastikan jurnal sesuai dengan penelitian yang kamu kaji. Jangan lupa untuk memastikan bahwa manuskrip kamu juga memenuhi syarat dari jurnal tersebut. Salah memilih jurnal dapat memperpanjang proses publikasi dan menyebabkan manuskrip kamu ditolak.
Maka untuk mengatasi hal tersebut, kamu bisa melakukan beberapa langkah strategis seperti:
Mencari target jurnal yang sesuai dapat dilakukan dengan melihat cakupan sebuah jurnal atau aim and scope. Jangan lupa juga untuk melihat ranking jurnal tujuan kamu. Tingkat kesulitan publikasi berbanding lurus dengan reputasi jurnal.
Belakangan ini banyak publisher ‘nakal’ yang memanfaatkan kebutuhan publikasi para akademisi. Singkatnya, mereka menawarkan publikasi dengan biaya yang besar padahal jurnal tersebut kualitasnya meragukan.
Beberapa orang yang ahli dalam bidang tersebut akan meninjau manuskrip kamu, apakah layak terbit atau tidak. Tentu itu membuat tahap peer-review memakan waktu cukup lama.
Biasanya, penelaah akan meminta penulis artikel untuk merevisi naskah dengan tingkat sedikit, sedang, dan banyak. Tetapi jika suatu artikel memang tidak layak terbit, penelaah akan memberi rekomendasi ‘rejected‘ atau menolak artikel tersebut.
Tiap jurnal memiliki tahap peer-review yang berbeda. Sebelum mengirim artikel kamu ke jurnal tersebut, jangan lupa untuk mengecek waktu proses peer-review. Hal ini akan mempermudah kamu dalam mengestimasi waktu publikasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang Indonesia bisa berbahasa Inggris. Hal itu merupakan realita yang membuat publikasi menjadi minim.
Padahal, sebagian besar jurnal bereputasi selalu menggunakan bahasa Inggris untuk publikasi. Jurnal-jurnal yang menggunakan bahasa Indonesia kebanyakan jurnal lokal yang reputasinya juga rendah.
Barrier bahasa seringkali membuat peneliti dan dosen muda kesulitan dalam menulis jurnal. Salah menulis bahasa Inggris dapat menyebabkan miskomunikasi. Pembaca akan salah mempersepsikan tulisan kamu, sehingga informasi tidak dapat tersampaikan dengan baik.
Maka, penting bagi kamu untuk memperhatikan penulisan bahasa Inggris. Meskipun sepele, tetapi hal ini krusial.
Sekarang ini, semakin banyak situs yang menawarkan grammar checking. Jika kamu tidak percaya diri dengan tulisan kamu, maka kamu dapat memanfaatkan situs tersebut.
Jika kamu tidak dapat mengecek tulisan kamu secara mandiri, cobalah gunakan jasa proofreader. Banyak jasa asistensi penulisan jurnal yang memiliki jasa proofreading. Selain lebih praktis, kamu juga dapat menghemat waktu dan tenaga.
Jika menulis dan memilih jurnal bukanlah tantangan bagi peneliti dan dosen muda, maka pendanaan dan sumber daya yang selalu jadi masalah utama. Apalagi, seorang peneliti dan dosen muda yang baru saja terjun dalam penelitian.
Hal-hal seperti keterbatasan akses terhadap dana, pengambilan data, dan instrumen penelitian membuat artikel kamu berpeluang kecil untuk publikasi di jurnal bereputasi.
Saat kamu masih memulai karir menjadi akademisi, cobalah untuk turut berpartisipasi dalam proyek penelitian senior. Belajar dari ahlinya, dapat membuat kamu lebih cepat mendapat peluang.
Selain itu, kamu juga harus menunjukkan partisipasi aktif dalam bidang riset supaya kamu direkrut menjadi tim peneliti. Mulailah untuk menjadi anggota terlebih dahulu, sebelum menjadi ketua tim peneliti.
Orisinalitas sebuah artikel penelitian menjadi hal yang paling diperhatikan oleh kalangan akademisi. Hal tersebut berkaitan dengan integritas akademik dan reputasi.
Seperti yang kamu ketahui, lingkungan akademis sama sekali tidak menormalisasi plagiarisme. Ketika sebuah penelitian atau artikel penelitian terdeteksi plagiat, maka reputasi perseorangan dan institusi yang jadi taruhannya.
Untuk mencegah plagiarisme, peneliti dan dosen muda dapat melakukan beberapa hal.
Aspek novelty atau kebaruan adalah salah satu aspek yang penting untuk publikasi. Sebagian besar jurnal menginginkan artikel-artikel dalam jurnal tersebut memiliki nilai originalitas dan kebaruan.
Saat merancang penelitian, usahakan kamu sudah mempelajari penelitian yang terdahulu. Cobalah untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada atau membuat inovasi penelitian baru. Hal tersebut akan menambah nilai jual artikel kamu.
Saat menulis jurnal, kadang-kadang kamu langsung mengutip kalimat dari referensi lain. Hal tersebut dapat meningkatkan persentase plagiarisme. Maka, kamu perlu memparafrase kalimat itu terlebih dahulu.
Parafrase bukan berarti mengubah keseluruhan kalimat. Kamu hanya perlu mengubah tatanan kalimat atau mengganti beberapa kata dengan padanannya.
Ada banyak situs maupun aplikasi yang menawarkan fitur cek plagiarisme. Tapi aplikasi yang paling umum adalah Turnitin. Sebelum submit artikel, jangan lupa cek persentase plagiarisme artikel kamu.
Nah, demikian tantangan dan solusi publikasi bagi peneliti dan dosen muda. Semoga setelah membaca artikel ini, kamu dapat mempublikasikan artikel di jurnal bereputasi, ya!