Typesetting di Dunia Penerbitan Buku: Definisi, Urgensi, Elemen dan Tipsnya

Saat kita mulai menyusun naskah buku, baik itu novel, kumpulan puisi, atau buku akademik, ada satu proses penting yang tidak boleh kita abaikan, yaitu typesetting. Terlebih untuk kita yang akan menerbitkan buku di penerbit indie atau self publishing, memahami dasar-dasar typesetting merupakan sebuah kewajiban. Sebab, desain tata letak naskah masih sepenuhnya di tangan kita sebagai penulisnya.

Proses typesetting tersebut bukan sekedar masalah menata teks di halaman, tapi juga menentukan bagaimana naskah kita akan terlihat di mata pembaca. Jika typesetting berantakan, maka bisa membuat pembaca cepat bosan atau bahkan malas melanjutkan halaman berikutnya.

Typesetting di Dunia Penerbitan Buku: Definisi, Urgensi, Elemen dan Tipsnya

Nah, di artikel ini, kita akan membahas hal seputar typesetting. Mulai dari apa itu typesetting, kenapa proses ini penting dalam penerbitan buku, elemen-elemen apa saja yang perlu diperhatikan, sampai tips praktis yang bisa kita terapkan. Mari menyimak pembahasan lengkapnya berikut ini, ya:

Pengertian Typesetting di Dunia Penerbitan Buku

Secara sederhana, typesetting adalah proses menata huruf, kata, kalimat, paragraf, dan elemen visual lain di dalam halaman buku, dengan tujuan agar teks bisa terbaca dengan nyaman, terstruktur, dan estetik saat dicetak atau diterbitkan digital. Penataan ini meliputi penentuan jenis font, ukuran huruf, jarak antar baris, margin halaman, sampai peletakan judul, nomor halaman, dan elemen dekoratif.

Dulu, typesetting dilakukan secara manual menggunakan huruf timah di percetakan. Tapi sekarang, proses ini sudah sepenuhnya digital. Ada banyak software yang bisa kita pakai, mulai dari yang simpel seperti Canva dan WPS Office, sampai yang profesional seperti Adobe InDesign atau Affinity Publisher.

Kenapa Typesetting Itu Penting di Dunia Buku?

Berikut ini beberapa alasan mengapa typesetting begitu penting di dunia penulisan maupun penerbitan buku:

1. Meningkatkan kenyamanan baca

Coba kita bayangkan semisal buku yang kita baca hurufnya terlalu kecil, spasinya rapat, atau margin-nya mepet ke tepi kertas. Pasti akan membuat mata kita memicing, bukan? Mata kita cepat lelah, kan?

Nah, typesetting yang baik akan membuat teks terlihat rapi, proporsional, dan nyaman di mata. Posisi paragraf, jarak antar baris, dan ukuran huruf yang pas akan membuat pembaca betah menyelesaikan buku sampai halaman terakhir.

2. Memperkuat pesan dan nuansa tulisan

Di buku kumpulan puisi, misalnya, penempatan bait, jeda antar baris, dan ruang kosong di halaman bisa memperkuat makna dan suasana puisi. Begitu juga di novel, layout yang tepat membantu pembaca lebih fokus mengikuti alur cerita. Sementara di buku akademik, layout yang terstruktur rapi memudahkan pembaca memahami informasi yang kompleks.

3. Membuat buku terlihat lebih profesional

Buku dengan typesetting yang rapi akan terlihat lebih serius dan profesional di mata pembaca, penerbit, maupun reviewer. Untuk kita yang menerbitkan buku secara self publishing, tampilan buku yang bagus bisa jadi nilai tambah saat buku kita bersaing di marketplace atau event literasi dengan buku yang diterbitkan di penerbit mayor misalnya.

4. Memudahkan proses cetak

Typesetting yang rapi akan memudahkan proses cetak. Sebab, dengan penggunaan margin, spasi, dan penomoran halaman yang konsisten akan meminimalkan kesalahan saat proses layout final di percetakan. Layout yang buruk bisa menyebabkan halaman terpotong atau teks terlalu dekat ke tepi buku.

Elemen Penting dalam Typesetting Buku dan Kriteria Idealnya

Baik kita menggunakan jasa desain layout buku maupun hendak me-layout-nya sendiri, pemahaman akan elemen typesetting tetap perlu untuk kita ketahui. Gunanya agar kita bisa kamu meninjau hasil desain layout tersebut. Nah, typesetting memiliki beberapa elemen yang harus kita perhatikan yaitu:

1. Font

Saat memilih jenis font baiknya kita memilih jenis font yang bersih, mudah dibaca, dan sesuai dengan karakter buku yang hendak kita terbitkan. Nah, untuk teks utama, kita bisa menggunakan jenis font serif seperti Garamond, Palatino, atau Times New Roman karena nyaman dibaca untuk teks panjang. Sementara untuk judul bab atau heading, kita bisa pakai font sans-serif seperti Arial, Helvetica, atau Open Sans biar tampak kontras dan tegas.

2. Ukuran huruf

Pastikan kita untuk menghindari hindari ukuran font yang terlalu kecil karena akan membuat pembaca cepat lelah. Ukuran standar teks buku biasanya di angka 11-13 pt. Judul bab bisa lebih besar, sekitar 14-16 pt. Jika jenis bukunya kumpulan puisi, ukuran huruf bisa sedikit lebih besar agar kesan personal dan ruang baca terasa lebih lapang.

3. Spasi antar baris

Gunakan spasi antar baris 1,5 sampai 2 spasi untuk kenyamanan baca. Jangan terlalu rapat, karena bakal bikin mata cepat lelah. Khusus buku puisi, jarak antar bait dan antar puisi perlu diatur dengan bijak agar ritme bacanya tetap enak dan makna puisinya tidak terganggu.

4. Margin halaman

Pastikan margin kiri, kanan, atas, dan bawah seimbang. Minimal 2 cm di tiap sisi halaman. Margin yang terlalu sempit bisa membuat halaman terkesan sesak, sementara margin yang terlalu lebar akan membuat halaman terbuang sia-sia.

Lalu, untuk yang buku tebal, margin dalam (dekat penjilidan) harus sedikit lebih lebar agar teks tidak ketutup saat buku dibuka. Nah, detail untuk ukuran margin buku yang ideal bisa kamu baca di sini: Ukuran Margin Buku yang Ideal.

5. Penomoran halaman

Kita perlu menempatkan penomoran halaman secara konsisten. Biasanya di kanan atas, kanan bawah, atau tengah bawah halaman. Di halaman pembuka bab, nomor halaman bisa dihilangkan atau diposisikan lebih fleksibel sesuai desain.

6. Heading dan subheading

Pastikan format heading dan subheading konsisten di seluruh buku. Mulai dari ukuran font, posisi, jarak atas-bawah, hingga gaya penulisannya. Ini penting agar buku kita mudah dipetakan oleh pembaca.

7. Hierarki

Hierarki visual dalam typesetting membantu pembaca membedakan bagian penting, bagian penjelas, dan bagian tambahan dalam buku. Misalnya, ukuran dan jenis font untuk judul bab harus berbeda dari subjudul, dan subjudul berbeda dari teks utama.

Selain itu, bisa juga ditandai dengan ketebalan huruf (bold), warna, atau posisi peletakan di halaman. Hierarki ini menjaga alur baca tetap jelas dan pembaca tidak bingung saat berpindah antar bagian.

Tips Praktis Typesetting Buat Kamu yang Baru Mulai

Typesetting di Dunia Penerbitan Buku: Definisi, Urgensi Elemen dan Tipsnya

Nah, jika kita hendak me-layout buku sendiri atau untuk kamu para layouter, berikut ini beberapa tips dalam typesetting yang bisa kita terapkan:

1. Menggunakan template

Banyak software layout menyediakan template buku siap pakai. Kita tinggal mengganti kontennya dengan naskah buku kita. Template ini biasanya sudah di-setting terkait dengan margin, ukuran huruf, dan heading yang konsisten, jadi kita tinggal mengisinya saja.

2. Cek contoh buku sejenis

Buka beberapa buku di genre yang sama, lihat gimana mereka menata halaman, jenis font, spasi antar baris, dan margin. Pelajari kenapa buku itu enak dibaca, lalu coba kita terapkan konsep serupa di layout buku.

3.  Gunakan jenis font secukupnya, jangan berlebihan

Sebaik kita jangan terlalu banyak menggunakan jenis font. Cukup pakai maksimal dua jenis font yaitu satu untuk teks utama, satu untuk heading. Jika kita terlalu banyak menggunakan jenis font maka akan membuat layout berantakan dan tidak profesional.

4. Sisipkan halaman kosong secara strategis

Halaman kosong di awal bab, di antara puisi, atau setelah bagian penting bisa memberi ruang napas untuk pembaca. Ini juga akan membuat ritme baca lebih nyaman, apalagi untuk buku kumpulan puisi yang butuh jeda emosional antar judulnya.

5. Print dummy buku

Sebelum masuk cetak massal, kita perlu print beberapa halaman dulu untuk cek kenyamanan baca secara langsung dari kertas. Proses ini penting, sebab kadang apa yang terlihat nyaman di layar, belum tentu nyaman saat dibaca dalam wujud cetak. Hasil cetak ini bisa kita jadika. bahan evaluasi untuk perbaikan terakhir.

6. Gunakan grid layout

Saat menata teks dan gambar, gunakan grid layout agar posisi elemen lebih rapi dan terstruktur. Grid akan memudahkan kita menentukan posisi margin, heading, gambar, dan kolom teks dengan konsisten.

7. Cek konsistensi setiap bab

Pastikan ukuran font, spasi, margin, posisi heading, dan nomor halaman konsisten di setiap bab. Inkonistensi kecil bisa membuat buku terkesan asal-asalan dan mengganggu pengalaman baca.

Nah, itu dia beberapa hal seputar typesetting di dunia penerbitan buku. Dapat kita lihat ya, bahwa typesetting itu langkah penting yang tidak boleh kita abaikan.

Jadi, sebelum buru-buru cetak atau mengirim bukumu ke platform penerbit indie, pastikan typesetting-nya udah rapi, nyaman dibaca, dan tampil profesional. Karena buku yang bagus itu tidak hanya soal isi, tapi juga soal bagaimana cara kita menyajikannya ke pembaca!

Baca artikel terkait