Dunia akademik terus berkembang, seiring dengan berkembangnya waktu. Sehingga, publikasi ilmiah sudah seperti pondasi utama dalam menyebarkan pengetahuan. Di antara berbagai bentuk publikasi, seperti jurnal, buku teks, dan monograf, masih ada publikasi lain yaitu prosiding.
Meski jarang dibahas secara mendalam di ruang kelas ataupun forum mahasiswa, sebenarnya prosiding menyimpan banyak sekali informasi ilmiah yang sangat aktual. Ia hadir sebagai dokumentasi resmi dari hasil pemikiran, temuan, dan diskusi akademik yang terjadi dalam suatu forum ilmiah, baik tingkat nasional maupun internasional.
Orang-orang yang berada dalam lingkungan akademik perlu mengerti dan mengetahui apa itu Prosiding. Dan dalam artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pengertian prosiding dan karakteristiknya. Kita akan membahas mulai dari pengertian, ciri khas, manfaat, hingga bagaimana cara mengakses dan memanfaatkannya secara optimal dalam kegiatan akademik.
Pengertian prosiding adalah kumpulan artikel atau makalah ilmiah yang telah disampaikan oleh para penulis/pemikir dalam sebuah seminar, konferensi, atau simposium ilmiah. Setelah seminar berlangsung, seluruh makalah tersebut dikumpulkan, disunting, lalu diterbitkan dalam satu volume sebagai dokumentasi resmi dari kegiatan tersebut. Prosiding dapat berupa buku cetak ataupun bisa pula versi digital yang bisa disebut e-prosiding. Biasanya, disebarluaskan melalui repositori institusi atau platform akademik nasional.
Peran prosiding dalam dunia akademik tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena merupakan awal mula adanya gagasan yang sering kali nantinya akan dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk jurnal ilmiah ataupun bahkan buku akademik. Dengan demikian, prosiding ini menjadi semacam ruang eksperimen gagasan bagi para peneliti, dosen, dan mahasiswa untuk menyampaikan ide, mendapatkan masukan, serta memulai dialog ilmiah.
Prosiding memiliki ciri khas atau karakteristik yang membedakannya dari jenis publikasi ilmiah lainnya. Karakteristik prosiding diantaranya:
Ciri khas atau karakteristik diatas menjadikan prosiding sebagai sumber ilmiah yang fleksibel, cepat terbit, dan relevan dengan konteks terkini. Namun, fleksibilitas ini pula yang membuat kualitas antar prosiding bisa sangat beragam, tergantung penyelenggara dan seleksi naskahnya.
Salah satu kelebihan utama prosiding adalah aktualisasinya. Karena terbit segera setelah kegiatan seminar, prosiding sering kali memuat temuan dan isu terbaru dari lapangan penelitian. Sehingga menjadi keuntungan besar bagi mahasiswa dan dosen yang ingin mendapatkan pemahaman tentang tren riset terkini atau mencari referensi yang masih hangat.
Keunggulan lainnya adalah keragaman pendekatan. Dalam satu seminar, berbagai peneliti dari institusi yang berbeda akan menyampaikan makalah dengan sudut pandang yang berbeda-beda, meskipun membahas tema yang sama. Ini akan memperkaya cara pandang dan mahasiswa dapat belajar bagaimana suatu isu bisa dianalisis dengan berbagai teori dan metode, serta bagaimana pendekatan-pendekatan itu berinteraksi satu sama lain.
Dan yang paling penting, prosiding itu mudah diakses. Banyak prosiding yang dipublikasikan secara daring dan terbuka, terutama di repositori institusi perguruan tinggi atau di portal seperti Garuda Kemdikbud. Hal ini lah yang menjadikan prosiding menjadi sumber referensi yang sangat berharga, terutama bagi mahasiswa atau kampus yang keterbatasan akses jurnal internasional.
Meski memiliki banyak kelebihan, prosiding juga pastinya memiliki kekurangan dan kelemahan. Salah satunya adalah keterbatasan kedalaman pembahasan. Karena, biasanya prosiding hanya terdiri dari 5–10 halaman, artikel dalam prosiding cenderung menyajikan gambaran umum hasil penelitian tanpa penjabaran metodologis dan analisis data yang sangat mendalam.
Tantangan lain adalah kualitas prosiding yang bervariasi. Karena tidak semua prosiding memiliki standar akademik yang tinggi. Alasannya karena beberapa seminar hanya mengumpulkan makalah tanpa proses seleksi yang ketat, sehingga kualitas penulisan dan isi ilmiahnya bisa saja kurang baik.
Karena kedua hal itu, menjadikan prosiding kurang cocok dijadikan satu-satunya sumber untuk karya ilmiah besar seperti skripsi atau tesis. Serta, karena alasan itu juga mahasiswa harus jeli dalam mengevaluasi apakah artikel dalam prosiding tersebut ditulis dengan metodologi yang benar, mengutip referensi yang relevan, dan berasal dari penulis yang kredibel.
Di samping itu, tidak semua prosiding terindeks di database ilmiah bereputasi seperti Scopus atau Sinta. Akibatnya, artikel dari prosiding terkadang tidak dapat digunakan dalam jurnal ilmiah atau tugas akhir yang menuntut sumber bereputasi. Meski begitu, dalam konteks pengembangan ide awal atau pemetaan literatur, prosiding tetap sangat berguna.
Di awal pembahasan kita banyak menyingung tentang jurnal ilmiah juga. Prosiding dan jurnal ilmiah memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan utama antara prosiding dan jurnal terletak pada kedalaman, proses peninjauan, dan reputasi ilmiahnya. Jurnal ilmiah biasanya terbit berkala, seperti bulanan atau triwulan, dan setiap artikelnya akan melewati proses peer review yang sangat ketat.
Isi jurnal pun akan lebih mendalam, lengkap dengan adanya data analisis dan landasan teoritis yang kokoh. Karena itu, jurnal cenderung dijadikan rujukan utama dalam karya ilmiah besar.
Sementara itu, prosiding bersifat temporer dan satu kali terbit, mengikuti waktu pelaksanaan seminar. Meski tidak seketat jurnal dalam hal seleksi, prosiding tetap memiliki nilai penting karena menyajikan ide-ide awal yang belum banyak dibahas di literatur lain. Dalam banyak kasus, artikel prosiding menjadi cikal bakal dari artikel jurnal yang lebih mapan.
Sebagai mahasiswa atau peneliti pemula, penting untuk memahami bahwa prosiding bukan pengganti jurnal, melainkan pelengkap. Keduanya bisa saling mendukung dalam menyusun kerangka penelitian yang kuat dan terkini.
Sayangnya, banyak mahasiswa masih menganggap prosiding sebagai bahan bacaan “cadangan” atau bahkan tidak tahu bahwa prosiding bisa dijadikan referensi ilmiah. Ini disebabkan oleh minimnya pemahaman tentang jenis-jenis publikasi akademik. Padahal, prosiding justru bisa membantu mahasiswa menjadi lebih peka terhadap perkembangan terbaru dalam bidang keilmuannya.
Misalnya, mahasiswa komunikasi yang menulis tentang hoaks dan literasi digital bisa menemukan banyak artikel di prosiding seminar komunikasi digital terbaru. Artikel ini mungkin belum terbit dalam jurnal, tetapi sudah menyajikan data lapangan yang segar dan menarik. Dengan begitu, karya ilmiah yang disusun pun menjadi lebih relevan dan aktual.
Tak hanya itu, bagi mahasiswa yang ingin terjun ke dunia akademik secara serius, berpartisipasi sebagai pemakalah di seminar dan menerbitkan tulisan di prosiding adalah langkah awal yang strategis. Ini bisa melatih kemampuan menulis ilmiah, membangun jejaring akademik, dan menambah portofolio publikasi.
Prosiding menyimpan potensi besar sebagai sumber pengetahuan akademik. Prosiding menjadi wadah lahirnya ide-ide baru, menjadi ruang dialog antarpeneliti, serta menyimpan jejak intelektual dari berbagai topik ilmiah yang sedang berkembang.
Bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti muda, memahami dan memanfaatkan prosiding dengan baik bisa menjadi keunggulan tersendiri dalam pengembangan karya ilmiah. Kuncinya terletak pada sikap kritis, ketekunan dalam membaca, serta keterampilan mengevaluasi kualitas isi akademik.
Jadi, mulai sekarang, jangan ragu untuk menjelajahi prosiding seminar. Mungkin dari sanalah kamu menemukan inspirasi besar yang mengubah cara pandangmu dalam meneliti dan menulis.