7 Jenis Pelanggaran Kode Etik Menulis, Akademisi Harus Tahu!

Dalam dunia akademis dan penelitian yang kompleks menjaga etika penulisan adalah tanggung jawab utama bagi setiap peneliti dan penulis. Akan tetapi pelanggaran kode etik menulis masih sering kali terjadi.

Artikel ini akan membahas tujuh jenis pelanggaran kode etik menulis yang umum terjadi beserta cara menghindarinya. Dengan membaca artikel ini, semoga dapat membantu kamu menjadi penulis yang selain berbakat tetapi juga beretika.

7 Jenis Pelanggaran Kode Etik Menulis, Akademisi Harus Tahu!

Sebelum membahas jenis-jenis pelanggaran kode etik menulis, artikel ini juga akan mengulik tentang konsep kode etik itu sendiri. Oke, tanpa berlama-lama lagi yuk simak pembahasan lengkapnya dalam uraian di bawah ini:

Pengertian Kode Etik

Kode etik menulis adalah aturan yang mengatur perilaku penulis untuk memastikan kejujuran, integritas, dan transparansi dalam penulisan. Tujuannya adalah mencegah praktik-praktik yang merusak kredibilitas dan kepercayaan dalam komunitas penulisan dan pembaca.

Prinsip utama kode etik menulis mencakup kejujuran dalam informasi, integritas dengan menghindari plagiarisme dan manipulasi data, serta transparansi tentang sumber data dan konflik kepentingan. Penulis harus menghormati hak cipta orang lain dan menjaga keaslian karya mereka sendiri.

Selain itu, penulis harus mengikuti pedoman publikasi penerbit untuk menjaga kualitas. Kode etik ini penting bagi penulis di berbagai bidang profesional, bukan hanya akademik dan jurnalisme.

7 Jenis Pelanggaran Kode Etik Menulis

Sebagai penulis, menjaga etika dalam setiap karyanya penting untuk mempertahankan kredibilitas dan kepercayaan pembaca yaitu dengan menghindari pelanggaran kode etik menulis, yakni:

1. Plagiarisme

Plagiarisme adalah tindakan mengambil ide, kata-kata, atau karya orang lain dan mengklaimnya sebagai milik sendiri tanpa mencantumkan sumber referensinya. Ini termasuk mengutip secara tidak benar, mengcopy-paste teks tanpa izin, atau mencuri konsep dari sumber lain.

Sebagai antisipasinya, penting untuk kamu agar selalu mencantumkan sumber referensi yang jelas dan akurat, menggunakan teknik parafrase dengan tepat, dan menggunakan perangkat lunak deteksi plagiarisme.

2. Fabricasi

Fabricasi atau fabrication (pembuatan data) adalah tindakan membuat informasi, data, atau fakta secara sengaja tanpa bukti valid. Misalnya, peneliti mengklaim telah melakukan eksperimen yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan atau melaporkan wawancara yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Untuk menghindari fabricasi kamu harus menjelaskan metode dan proses pengumpulan data dengan transparan, gunakan peer review untuk verifikasi, patuhi etika penelitian, dan terus tingkatkan pemahaman tentang praktik penulisan yang benar.

3. Falsification (pemalsuan data)

Falsifikasi adalah manipulasi data agar sesuai dengan hipotesis. Contohnya, peneliti menghilangkan atau mengubah data untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Dengan memastikan setiap data yang dikumpulkan akurat menggunakan metode pengumpulan data yang jelas dan analisis statistik yang tepat, kamu dapat menghindari tindakan yang terkategori falsifikasi data.

4. Autoplagiarisme

Autoplagiarisme atau self-plagiarisme adalah penggunaan kembali karya yang sudah dipublikasikan tanpa pengakuan atau izin dari penerbit asli. Ini bisa menyesatkan pembaca dan memberi kesan bahwa karya tersebut adalah baru.

Untuk menghindari autoplagiarisme, berikan pengakuan dan izin penerbit jika menggunakan kembali karya sebelumnya. Buat konten baru, informasikan kepada pembaca tentang materi yang telah dipublikasikan, dan gunakan kutipan serta referensi yang sesuai.

5. Salami slicing

Salami slicing terjadi ketika peneliti mempublikasikan data yang sama atau mirip dalam beberapa artikel berbeda tanpa mengungkapkan bahwa itu berasal dari dataset atau hasil yang sama. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah publikasi tanpa memberikan kontribusi baru yang signifikan.

Untuk menghindari salami slicing, publikasikan hasil penelitian lengkap dalam satu artikel dan jelaskan hubungan antar publikasi jika ada. Diskusikan strategi publikasi dengan rekan atau mentor, patuhi pedoman etika jurnal, dan pastikan setiap publikasi memberikan kontribusi baru yang signifikan.

6. Ghost authorship (penulis hantu)

Ghost authorship terjadi ketika peneliti tidak mengakui kontributor penting dalam penelitian atau artikel. Biasanya, ini terjadi pada kolaborator yang berperan dalam konsepsi, desain, atau analisis data tetapi tidak disebutkan sebagai penulis.

Penting untuk mengakui semua kontributor yang berperan penting dalam penelitian atau artikel sebagai penulis. Pastikan peran dan kontribusi setiap anggota tim dibahas secara terbuka dan dipatuhi, serta ikuti pedoman jurnal untuk integritas publikasi yang lebih baik.

7. Guest authorship (Penulis tamu)

Guest authorship adalah kebalikan dari ghost authorship, di mana seseorang disertakan sebagai penulis utama atau penulis kontributor meskipun kontribusinya tidak signifikan atau sama sekali tidak ada. Ini dapat terjadi untuk meningkatkan reputasi atau kredibilitas artikel.

Untuk menghindari guest authorship (penulisan tamu), pastikan semua penulis aktif terlibat dalam penelitian. Buat perjanjian tertulis mengenai kontribusi masing-masing penulis sebelum proyek dimulai dan pantau konflik kepentingan. Ikuti pedoman jurnal untuk menjaga integritas ilmiah.

Nah, dengan memahami tujuh jenis pelanggaran kode etik menulis ini membantu kamu menjaga integritas dan kualitas karya.

Baca artikel terkait